25 September 2025 – Dunia teater Indonesia bersiap menyambut sebuah perayaan besar. Festival Teater Indonesia 2025 (FTI 2025) resmi diluncurkan sebagai ruang kolaborasi lintas wilayah yang mempertemukan pelaku seni pertunjukan dari berbagai penjuru nusantara.
Ajang ini digagas oleh Happy Salma bersama Pradetya Novitri melalui Titimangsa dan didukung penuh oleh Perkumpulan Nasional Teater Indonesia (PENASTRI). FTI akan digelar di empat kota besar—Medan, Palu, Mataram, dan Jakarta—sebagai wujud pertemuan budaya yang merayakan kebersamaan sekaligus memperkuat ekosistem teater tanah air.
Happy Salma, selaku Ketua Dewan Pengawas FTI, menekankan bahwa festival ini hadir sebagai alternatif baru bagi ekosistem seni pertunjukan. “Festival ini berlandaskan rasa guyub dan kebersamaan, sekaligus membuka ruang untuk saling terhubung di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Berbeda dari festival teater lain yang bersifat regional, FTI dirancang sebagai wadah kolaborasi lintas daerah. Dengan konsep ini, kelompok teater dari Kalimantan bisa tampil di Jakarta, atau kelompok dari Sumatera berkesempatan pentas di Palu dan Mataram. Direktur FTI, Pradetya Novitri, menyebut festival ini sebagai ajang pertemuan sekaligus pertukaran pengetahuan antarseniman.
Mengusung tema “Sirkulasi Ilusi”, FTI 2025 menghadirkan gagasan yang mengeksplorasi hubungan antara realitas dan representasi dalam kehidupan kontemporer. Sahlan Mujtaba, Direktur Artistik FTI sekaligus Sekretaris Umum PENASTRI, menjelaskan bahwa tema ini diharapkan mampu memperluas diskusi mengenai realisme, estetika, serta adaptasi karya sastra dalam seni teater.
Sejalan dengan ciri khas produksi Titimangsa, festival ini juga akan menampilkan karya-karya teater hasil alih wahana dari novel maupun cerpen Indonesia. “Teater adalah medium paling fleksibel untuk menghidupkan kembali karya sastra, dan hal ini menjadi prioritas utama kami,” ungkap Happy Salma.
FTI 2025 membuka panggilan terbuka (open call) sejak 25 Agustus hingga 19 September 2025. Sebanyak 16 kelompok teater akan dipilih melalui proses kurasi untuk mendapatkan dukungan dana produksi dan pendampingan kuratorial, sementara empat kelompok lainnya diundang khusus untuk tampil di kota tujuan festival.
Lebih dari sekadar panggung pertunjukan, FTI diharapkan menjadi katalis yang mendorong pertumbuhan berkelanjutan seni pertunjukan di Indonesia. “Festival ini bisa menjadi pertemuan yang memberi dampak positif bagi ekosistem teater tanah air serta memantik kreativitas yang lebih produktif,” tutur Shinta Febriany, Ketua Umum PENASTRI sekaligus Dewan Pengawas FTI. (Redaksi)

