23 Oktober 2025 – Kesuksesan di dunia musik dan kecantikan tidak selalu menjadi jaminan di ranah bisnis lain. Hal itu kini dirasakan oleh Rihanna yang dikabarkan mengalami kerugian besar setelah lini fashion mewah miliknya gagal bersaing di pasaran. Pelantun Diamonds tersebut tercatat merugi hingga 36 juta dolar Amerika atau sekitar 598 miliar rupiah akibat penutupan proyek fashion bernama Fenty, yang digarap bersama rumah mode kenamaan Louis Vuitton.

Rihanna meluncurkan lini Fenty pada tahun 2019 sebagai proyek ambisius yang diharapkan menjadi kelanjutan dari kesuksesan brand kosmetiknya. Mengusung konsep pakaian premium dengan sentuhan modern, Fenty dirancang untuk masuk ke segmen fashion kelas atas seperti brand mewah asal Eropa lainnya. Sayangnya, harapan itu tidak berjalan sesuai rencana. Lini fashion tersebut resmi berhenti beroperasi pada 2021 setelah mengalami performa yang jauh di bawah ekspektasi.

Pandemi menjadi salah satu faktor besar yang memperparah keadaan. Pembatasan perjalanan internasional membuat Rihanna tidak dapat melakukan kontrol langsung terhadap proses produksi di atelier Prancis dan Italia. Situasi tersebut menjadikan kolaborasi kreatif berjalan tidak optimal dan berdampak pada kekompakan tim desain serta strategi pemasaran.

Dalam pendiriannya, Rihanna menginvestasikan modal hampir 35 juta dolar Amerika dan LVMH selaku induk Louis Vuitton juga menanamkan jumlah yang hampir sama. Bisnis tersebut beroperasi di Prancis di bawah nama Project Loud France yang terinspirasi dari album kelima Rihanna. Meski menjadi pemegang saham hampir 50 persen, bintang asal Barbados itu tetap harus menanggung kerugian besar melalui perusahaan investasi miliknya, Denim UK Holdings.

Padahal secara finansial, Rihanna tergolong sangat berhasil. Kekayaannya yang mencapai miliaran dolar menjadikannya salah satu musisi terkaya di dunia. Namun keputusan bisnis di sektor fashion mewah terbukti tidak memberikan hasil yang manis. Perusahaan akhirnya ditutup dan Rihanna bersama LVMH sepakat untuk mengalihkan fokus ke lini bisnis Fenty yang lain, khususnya pada produk kosmetik, skincare, dan lingerie yang hingga saat ini masih sangat diminati pasar global.

Fenty Fashion awalnya diproyeksikan menjadi pelengkap kesuksesan Fenty Beauty dan Savage x Fenty. Koleksinya berisi pakaian, sepatu, hingga aksesori dengan desain eksklusif. Meski begitu, strategi harga dinilai kurang tepat. Banyak produk dibanderol dengan harga yang sangat tinggi, seperti jaket denim hampir 1000 dolar Amerika dan gaun korset mencapai lebih dari 800 dolar Amerika. Harga tersebut membuat banyak konsumen enggan melirik, terutama karena sebagian pasar Rihanna justru lebih tertarik pada produk dengan kategori terjangkau dan fungsional.

Kini, kegagalan Fenty Fashion menjadi pelajaran berharga dalam perjalanan bisnis Rihanna. Setidaknya, ia tetap mampu bangkit karena dua lini Fenty lainnya masih terus berkembang dan menguasai pasar global. Meski sempat tersandung, ia tetap bertahan sebagai ikon yang tidak hanya sukses di dunia hiburan tetapi juga berpengaruh di dunia bisnis kecantikan dan mode modern. (Redaksi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *