Jakarta – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan membuat generasi Z dan Alpha kian akrab menggunakan chatbot AI sebagai teman curhat. Meski praktis, pola ini dinilai bisa berdampak negatif karena berpotensi mengurangi interaksi sosial nyata dan menimbulkan fenomena yang dikenal sebagai psikosis AI.

Psikolog klinis dari PSRI Hospital New Delhi, Arpita Kohli, menjelaskan bahwa psikosis AI menggambarkan kondisi ketika seseorang sulit membedakan interaksi virtual dengan kenyataan. Mereka bisa lebih nyaman bercakap dengan AI dibandingkan manusia, bahkan sampai menciptakan kedekatan emosional yang intens dengan chatbot.

Jika berlangsung terus-menerus, hal ini berisiko mengganggu kemampuan seseorang dalam membangun hubungan sosial sehat di kehidupan nyata. “Generasi Z dan Alfa tumbuh di dunia hyper-digital di mana teknologi hadir sejak mereka lahir. Mereka secara alami tertarik pada chatbot Al karena tersedia 24 jam, responsif, dan tidak menghakimi,” kata Kohli seperti dikutip dari Hindustan Times, Selasa (12/8/2025).

Menurut Kohli, AI memang memberikan ruang aman secara emosional, khususnya bagi individu dengan pengalaman traumatis atau masalah kecemasan sosial. Namun, rasa aman tersebut dapat mendorong orang semakin menjauh dari relasi antar manusia.

“Sebagian orang jadi enggan terbuka secara emosional di dunia nyata, karena mereka lebih nyaman dengan percakapan yang bisa diprediksi dengan Al,” ujar Kohli.

Agar tidak terjebak dalam ketergantungan berlebih pada chatbot AI, Kohli menyarankan beberapa langkah pencegahan berikut:

Kenali kondisi emosimu
Ingat bahwa AI tidak memiliki kemampuan memahami perasaan manusia secara nyata. Untuk mengelola emosi, tetap prioritaskan berinteraksi dengan orang lain.

Batasi curhat ke chatbot
Saat menghadapi tekanan batin, jangan sepenuhnya mengandalkan AI. Lebih baik berbagi dengan orang terdekat atau mencari bantuan profesional.

Bangun relasi di dunia nyata
Sisihkan waktu untuk beraktivitas di luar layar, seperti mengikuti komunitas, olahraga, atau kegiatan sosial.

Rutin lakukan digital detox
Luangkan waktu tanpa perangkat digital agar pikiran lebih seimbang dan tidak terlalu lekat secara emosional dengan AI. (Redaksi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *