4 November 2025 – Kepergian ayah tercinta menjadi duka mendalam bagi Jerome Polin. Di tengah kehilangan besar itu, sosok kreator muda yang dikenal lewat semangat positif dan kecerdasannya ini tetap berusaha tegar. Ia mengenang sang ayah bukan hanya sebagai orang tua, tetapi juga sebagai sumber inspirasi hidup yang menanamkan semangat disiplin, kerja keras, dan cinta terhadap olahraga.
Ayah Jerome, Marojahan Sintong Sijabat, meninggal dunia pada Kamis, 30 Oktober, di Surabaya. Dalam suasana haru di Rumah Duka Grand Heaven Surabaya, Jerome berbagi kisah tentang betapa besar dukungan sang ayah terhadap berbagai kegiatan positif, terutama olahraga yang sudah menjadi bagian dari gaya hidup keluarga mereka. Aktivitas seperti jogging pagi atau bermain badminton menjadi rutinitas yang kini hanya bisa dikenang dengan penuh rasa rindu.
“Selama Papa hidup, aku ngerasa udah cukup bikin Papa bangga. Tapi ada satu hal yang belum bisa aku penuhi,” ujar Jerome dengan nada lirih saat upacara penghiburan.
Keinginan terakhir sang ayah ternyata bukan tentang hal besar atau materi, melainkan harapan sederhana yang begitu hangat: ingin melihat ketiga anaknya menikah dan memiliki cucu. “Ini permintaan terakhir Papa, Papa pengin cucu,” lanjut Jerome dengan mata berkaca-kaca.
Jerome mengaku sering membayangkan masa depan di mana sang ayah dapat menikmati hari tuanya dengan damai, bermain dan berolahraga ringan bersama cucu-cucunya. Bayangan itu kini menjadi motivasi tersendiri baginya untuk terus melangkah dan berusaha mewujudkan mimpi terakhir sang ayah.
“Papa harusnya bisa hidup lebih lama, biar nanti waktu kami punya anak, Papa bisa ajarin gimana jadi ayah yang baik,” kenangnya penuh haru.
Meski tak lagi bisa berbagi momen secara langsung, Jerome berjanji akan melanjutkan nilai-nilai yang telah ditanamkan ayahnya: semangat hidup sehat, kerja keras, dan pantang menyerah. Prinsip-prinsip itu telah menjadi bagian dari karakter Jerome yang kerap ia bagikan melalui berbagai kegiatan, termasuk olahraga dan edukasi.
“Kalau Papa nggak bisa lihat cucu selama Papa masih hidup, semoga Papa bisa lihat dari atas nanti,” ucapnya menutup dengan doa.
Marojahan Sintong Sijabat meninggal dunia di usia lanjut akibat penyumbatan pembuluh darah. Jenazah disemayamkan di Rumah Duka Grand Heaven Surabaya dan dikremasi pada Senin, 3 November.
Bagi Jerome, kepergian sang ayah bukanlah akhir dari kisah, melainkan awal dari perjuangan baru untuk terus menjaga semangat dan warisan nilai-nilai kehidupan yang telah diberikan. Seperti seorang atlet yang terus berlari meski garis finis belum terlihat, Jerome bertekad melanjutkan langkah sang ayah dengan penuh cinta dan dedikasi. (Redaksi)

