29 Oktober 2025 – Bekerja dari rumah atau work from home (WFH) memang menawarkan kenyamanan dan fleksibilitas yang tak dimiliki oleh sistem kerja konvensional. Tanpa perlu menghadapi kemacetan, panas, dan perjalanan panjang ke kantor, banyak orang merasa hidupnya lebih efisien. Namun di balik kenyamanan itu, ada bahaya tersembunyi yang diam-diam mengintai: meningkatnya risiko gangguan jantung, bahkan hingga henti jantung mendadak.

Jantung merupakan organ vital yang berperan besar dalam menjaga kehidupan. Ia bekerja tanpa henti, memompa darah ke seluruh tubuh agar oksigen dan nutrisi dapat tersalurkan dengan baik. Ketika jantung berhenti berfungsi secara tiba-tiba, kondisi ini disebut cardiac arrest atau henti jantung mendadak. Masalah ini bisa menyerang siapa saja, termasuk orang muda yang terlihat sehat.

Salah satu faktor yang memperbesar risiko gangguan jantung adalah gaya hidup yang tidak aktif atau sedentary lifestyle, yang kini banyak dialami oleh mereka yang sering bekerja dari rumah. Pola kerja modern ini memang praktis, tetapi di sisi lain membuat banyak orang semakin jarang bergerak.

Seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. M. Yamin, menjelaskan bahwa kecenderungan masyarakat untuk beraktivitas minimal selama WFH dapat memberikan dampak serius bagi kesehatan jantung. Ia menyebut bahwa bekerja dari rumah sering kali membuat seseorang terjebak dalam kebiasaan “mager” atau malas gerak.

“Sekarang ini banyak orang bisa bekerja tanpa banyak bergerak. Semua bisa dikerjakan dari rumah, dari duduk di depan laptop seharian. Dulu, kita masih harus jalan ke tempat kerja, ke ruang rapat, atau sekadar naik tangga. Sekarang semuanya serba statis,” ujarnya dalam sebuah wawancara.

Menurutnya, kebiasaan tersebut membuat tubuh kehilangan kesempatan untuk beraktivitas fisik secara alami. Misalnya, berjalan kaki ke kantor, naik kendaraan umum, atau sekadar berjalan ke meja rekan kerja untuk berdiskusi. Semua aktivitas kecil itu sebenarnya membantu menjaga kebugaran jantung dan memperlancar sirkulasi darah. Ketika tubuh terlalu lama tidak bergerak, risiko penumpukan lemak, peningkatan tekanan darah, hingga gangguan irama jantung menjadi lebih besar.

Selain itu, WFH juga sering membuat seseorang lebih sering mengonsumsi makanan cepat saji atau camilan tinggi garam dan lemak, karena kemudahan akses dari rumah. Kombinasi antara kurang gerak dan pola makan buruk ini bisa menjadi “bom waktu” bagi kesehatan jantung.

Dr. Yamin menegaskan bahwa pencegahan henti jantung mendadak harus dimulai dari perubahan gaya hidup sederhana. “Kuncinya adalah aktif bergerak,” katanya. “Tidak perlu olahraga berat setiap hari, cukup lakukan aktivitas ringan seperti jalan kaki 30 menit, bersepeda, atau sekadar melakukan peregangan di sela-sela pekerjaan.”

Ia juga menyarankan agar para pekerja WFH mengatur waktu istirahat dengan baik. Duduk terlalu lama di depan layar tanpa jeda dapat meningkatkan tekanan darah dan memperburuk sirkulasi. Membiasakan diri untuk berdiri, melakukan peregangan, atau berjalan singkat setiap 1–2 jam dapat membantu menjaga kesehatan jantung.

Selain menjaga aktivitas fisik, penting pula untuk mengelola stres dan menjaga pola tidur. Stres kronis yang sering dialami pekerja WFH akibat beban kerja atau tekanan waktu juga dapat berdampak pada ritme jantung.

Dengan kesadaran dan disiplin dalam menjaga keseimbangan hidup, bekerja dari rumah seharusnya bukan menjadi ancaman bagi kesehatan. WFH bisa tetap nyaman dan produktif, asalkan dibarengi dengan gaya hidup aktif dan kebiasaan sehat. Karena pada akhirnya, tubuh yang sehat dan jantung yang kuat adalah kunci untuk menjalani hari-hari penuh semangat, di mana pun kita bekerja. (Redaksi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *