29 Oktober 2025 – Bagi banyak orang yang hidup dengan penyakit jantung, istilah diet garam mungkin sudah tidak asing lagi. Dokter dan pakar kesehatan sering kali menganjurkan pembatasan garam sebagai bagian dari pola makan sehat untuk menjaga fungsi jantung. Asosiasi Jantung Amerika bahkan merekomendasikan agar penderita gangguan jantung hanya mengonsumsi sekitar 1.500 miligram garam per hari—jumlah ini setara dengan kurang dari tiga perempat sendok teh. Bandingkan dengan konsumsi rata-rata masyarakat umum yang mencapai sekitar 3.400 miligram per hari.

Namun, di balik anjuran tersebut, muncul pertanyaan yang menarik: benarkah diet rendah garam benar-benar efektif dalam meningkatkan kesehatan jantung? Apakah pembatasan garam yang ketat selalu membawa manfaat?

Sebuah tinjauan terhadap sejumlah penelitian yang dimuat dalam Jurnal Asosiasi Kesehatan Amerika mencoba menjawab pertanyaan ini. Hasilnya cukup mengejutkan. Ulasan tersebut menemukan bahwa bukti ilmiah yang mendukung hubungan langsung antara pengurangan konsumsi garam dan peningkatan kualitas hidup penderita jantung masih belum konsisten. Tidak ada data kuat yang menunjukkan bahwa diet rendah garam secara signifikan memperpanjang usia, meningkatkan kualitas kesehatan, atau mencegah pasien jantung kembali dirawat di rumah sakit.

Dr. Clyde Yancy, seorang ahli kardiologi dari Universitas Northwestern, Amerika Serikat, menjelaskan bahwa dari empat penelitian yang ditelaah, dua penelitian menunjukkan adanya perbaikan fungsi jantung akibat pengurangan garam, sedangkan dua penelitian lainnya justru memperlihatkan hasil sebaliknya. Artinya, manfaat diet garam belum bisa digeneralisasi untuk semua penderita penyakit jantung.

Meski demikian, Dr. Yancy menegaskan bahwa bukan berarti penderita jantung boleh bebas mengonsumsi garam sesuka hati. Natrium yang terkandung dalam garam memiliki kemampuan mengikat cairan dalam tubuh. Jika jumlahnya terlalu banyak, hal ini dapat menyebabkan penumpukan cairan yang membebani kerja jantung. Akibatnya, jantung yang sudah lemah bisa semakin kesulitan memompa darah secara efektif.

Oleh karena itu, para ahli tetap menyarankan agar penderita penyakit jantung menjaga keseimbangan asupan garam. Menghindari makanan olahan tinggi natrium seperti makanan cepat saji, makanan kaleng, dan camilan asin merupakan langkah awal yang baik. Sebagai gantinya, gunakan rempah-rempah alami seperti bawang putih, lada, atau perasan lemon untuk menambah cita rasa tanpa menambah kadar natrium.

Selain memperhatikan kadar garam, penderita jantung juga perlu menerapkan pola hidup sehat secara menyeluruh, seperti menjaga berat badan ideal, rutin berolahraga ringan, dan mengonsumsi makanan kaya serat, sayur, serta buah-buahan segar. Diet garam hanyalah satu bagian kecil dari upaya besar menjaga kesehatan jantung.

Kesimpulannya, diet rendah garam memang penting, tetapi bukan satu-satunya kunci untuk menjaga jantung tetap sehat. Yang lebih utama adalah keseimbangan: tahu kapan harus membatasi, dan kapan tubuh memerlukan asupan garam dalam kadar wajar. Dengan pola hidup yang teratur dan pemahaman yang benar, penderita jantung dapat tetap menikmati hidup dengan lebih sehat dan bertenaga. (Redaksi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *