8 Oktober 2025 – Selama dua dekade terakhir, data satelit menunjukkan tren yang mengkhawatirkan: Bumi, khususnya di Belahan Utara, menjadi semakin gelap. Kondisi ini berarti permukaan Bumi memantulkan lebih sedikit sinar Matahari, dan justru menyerap lebih banyak panas — sebuah perubahan kecil yang berpotensi besar terhadap keseimbangan iklim global.
Menurut hasil pengamatan satelit NASA melalui program Cloud and Earth’s Radiant Energy System (CERES), Belahan Bumi Utara kini menerima lebih banyak energi Matahari dibandingkan sebelumnya. Dalam 24 tahun terakhir, peningkatan ini mencapai sekitar 0,34 watt per meter persegi per dekade. Meski terdengar kecil, angka tersebut cukup signifikan untuk mengganggu kestabilan sistem iklim Bumi.
Ilmuwan menemukan bahwa penggelapan ini disebabkan oleh berkurangnya permukaan reflektif seperti es dan salju di wilayah Arktik. Ketika es mencair, daratan dan lautan yang lebih gelap di bawahnya menyerap lebih banyak panas. Selain itu, penurunan kadar partikel aerosol akibat regulasi polusi udara di negara-negara industri juga turut mengurangi kemampuan atmosfer memantulkan sinar Matahari.
Akibatnya, Belahan Bumi Utara yang menjadi pusat populasi dan industri dunia kini menyerap energi panas lebih besar dibandingkan Belahan Selatan. Ketidakseimbangan ini berpotensi memengaruhi pola angin, arus laut, dan suhu global. Dalam jangka panjang, hal tersebut dapat memperburuk gelombang panas, mempercepat pencairan es, serta memicu cuaca ekstrem di wilayah utara.
Para ilmuwan memperingatkan bahwa perubahan kecil ini bisa memicu efek berantai dalam sistem iklim. Meski prosesnya berlangsung lambat, akumulasi energi berlebih di atmosfer dapat mempercepat pemanasan global dan mengubah pola cuaca secara permanen.
Fenomena ini menjadi pengingat bahwa perubahan iklim tidak hanya disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca, tetapi juga oleh perubahan halus dalam cara Bumi menyerap dan memantulkan energi Matahari. Dunia kini menghadapi tantangan baru: menjaga keseimbangan energi planet yang semakin rapuh. (Redaksi)

