28 Oktober 2025 – El Clasico kembali menghadirkan drama panas di Santiago Bernabeu, Minggu malam waktu Indonesia. Namun kali ini, sorotan bukan hanya tertuju pada kemenangan Real Madrid atas Barcelona dengan skor 2-1, melainkan juga pada sosok muda sensasional, Lamine Yamal, yang tampil jauh di bawah ekspektasi.

Beberapa hari sebelum pertandingan, Yamal sempat mengundang perhatian publik dengan ucapannya yang menyindir Real Madrid. Pemain muda berusia 18 tahun itu menyebut Madrid sebagai “maling” dan “tukang protes”, sebuah komentar yang membuat panas suasana jelang laga akbar. Namun, ketika peluit panjang dibunyikan, justru Madrid yang berbicara di lapangan.

Madrid Balas Sindiran dengan Kemenangan Meyakinkan

Real Madrid tampil tajam dan efektif sejak awal pertandingan. Kylian Mbappe membuka keunggulan tuan rumah, disusul gol penyama dari Fermin Lopez yang sempat memberi harapan bagi Barcelona. Akan tetapi, Jude Bellingham memastikan kemenangan Los Blancos lewat gol penentu yang membuat Bernabeu bergemuruh.

Walau Barcelona lebih banyak menguasai bola, mereka kesulitan menciptakan peluang berbahaya. Statistik memperlihatkan betapa efektifnya Madrid: 10 tembakan tepat sasaran dibanding hanya enam milik Barcelona. Bahkan, Madrid berpeluang menambah gol andai penalti Mbappe tidak ditepis dan beberapa serangan mereka tidak digagalkan oleh offside tipis.

Yamal Redup di Bawah Cahaya Bernabeu

Salah satu faktor tumpulnya serangan Barcelona adalah performa Lamine Yamal yang tidak bersinar seperti biasanya. Pemain muda tersebut hanya mencatatkan dua tembakan tanpa satu pun yang mengarah ke gawang dan empat dribel sukses dari delapan percobaan. Upayanya untuk menembus rapatnya pertahanan Madrid kerap mentah di kaki bek lawan.

Akibatnya, Barcelona lebih banyak mengandalkan serangan dari sisi kiri lewat Marcus Rashford, yang tampil lebih agresif dan berbahaya. Peran Yamal yang biasanya menjadi motor serangan di sayap kanan seolah hilang di pertandingan ini.

Pelatih Akui Yamal Masih Butuh Waktu

Asisten pelatih Barcelona, Marcus Sorg, yang menggantikan Hansi Flick karena skorsing, tak menutup mata terhadap kesulitan yang dialami anak muda andalannya itu.

“Pertandingan ini tidak mudah untuknya. Kami sudah membicarakan soal situasi satu lawan satu yang ingin kami ciptakan untuk Yamal, tapi Madrid menutup ruangnya dengan sangat baik,” ujarnya usai pertandingan.

Sorg menambahkan bahwa faktor cedera dan minimnya pengalaman di laga sebesar El Clasico turut berpengaruh pada performa sang pemain.

“Dia sudah mencoba segalanya, tapi mereka membendungnya dengan sangat rapat. Saya rasa dia masih butuh lebih banyak laga di level tertinggi untuk menemukan ritmenya,” lanjut Sorg.

Masih Ada Waktu untuk Bersinar

Meski penampilannya kali ini menuai kritik, tak bisa disangkal bahwa Lamine Yamal adalah salah satu talenta paling menjanjikan yang dimiliki Barcelona saat ini. Di usianya yang baru 18 tahun, ia sudah terbiasa menanggung ekspektasi besar dari publik Catalan. Namun, seperti kata Sorg, waktu dan pengalaman adalah kunci agar Yamal bisa tumbuh menjadi pemain yang tangguh menghadapi tekanan laga besar seperti El Clasico. (Redaksi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *