Suatu ketika Rasulullah SAW sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba cucu-cucunya, Hasan dan Husain, datang lalu memanjat ke punggung beliau ketika sedang ruku’. Nabi tidak mengusir mereka, bahkan tetap dalam posisi tersebut hingga keduanya turun dengan sendirinya.
Dalam kesempatan lain, Rasulullah SAW juga pernah shalat sambil menggendong Umamah, cucu beliau dari Zainab. Saat ruku’, beliau meletakkannya, dan ketika bangun dari ruku’, beliau kembali mengangkatnya.
Kasih sayang beliau begitu nyata dalam keseharian. Rasulullah SAW kerap keluar rumah sambil menggendong Hasan dan Husain, masing-masing di sisi kanan dan kiri. Bahkan di rumah, beliau sering merangkak sehingga cucu-cucunya bisa menaiki punggungnya. Sambil tersenyum beliau berkata, “Sebaik-baiknya unta adalah unta kalian berdua, dan kalian adalah penunggang yang paling bahagia.”
Kelembutan Rasulullah juga tampak di tempat umum. Pernah suatu ketika beliau melihat Husain bermain bersama teman-temannya. Nabi pun membuka tangannya, berlari kecil mengejarnya sambil tertawa hingga akhirnya berhasil memeluk dan mencium cucunya tercinta.
Kisah-kisah sederhana ini memperlihatkan sisi penuh kasih dalam diri Muhammad SAW sebagai seorang ayah sekaligus kakek. Keteladanan beliau bahkan menginspirasi sarjana Barat, Rev. John Davenport, yang menulis, “Sebagai seorang ayah dan sahabat, Muhammad menunjukkan perasaan yang paling lembut dari sifat kemanusiaan.”
Perilaku Nabi SAW terhadap anak-cucunya menjadi teladan bagi para ayah muslim dalam mendidik dengan penuh cinta. Rasulullah bersabda, “Sayangilah anak-anakmu dan perbaikilah akhlak mereka.” Dalam hadis lain beliau memberi panduan: bermain dengan anak hingga usia tujuh tahun, mendidik disiplin pada tujuh tahun berikutnya, memperlakukannya sebagai sahabat pada tujuh tahun berikutnya, lalu membiarkannya mandiri setelah itu.
Seorang ayah teladan, mengikuti jejak Rasul, senantiasa bersikap sabar, adil, dan lembut kepada anak-anaknya. Bentuk kasih sayang bisa diwujudkan lewat sentuhan, pelukan, mencium anak, membantu mengenakan pakaian, mendampingi saat bermain, bahkan sekadar mendengar cerita mereka.
Selain itu, seorang ayah juga dituntut menumbuhkan kreativitas dan imajinasi anak, misalnya lewat bacaan, dongeng, atau nasihat saat bersama keluarga. Meski disibukkan pekerjaan, tetap penting menyediakan waktu untuk bercengkerama, mendengar keluh kesah, serta memberi semangat agar anak tumbuh dengan harapan besar dan keyakinan untuk maju. (Redaksi)

